Ulama, Akademisi, Menulis dan Akhlak

- Editorial Team

Senin, 24 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUNANGUNUNGDJATI.COM-Ulama selalu mempermudah teori yang sulit menjadi lebih mudah sehingga bisa dipahami oleh umat. Akademisi kadang mempersulit teori yang mudah menjadi semakin sulit sehingga sulit dipahami oleh umat.

Menjadi ulama sekaligus menjadi akademisi itu lebih penting daripada menjadi akademisi yang ulama. Belajar kepentingannya adalah memberikan kebermanfaatan bagi umat, bukan hanya mengejar harta, jabatan dan kekuasaan yang sementara. Orang yang sudah selesai dengan dunianya, maka sudah dipastikan tidak akan tergiur secara berlebihan terhadap harta, jabatan dan kekuasaan.

Semakin mengejar harta, jabatan dan kekuasaan semakin menunjukkan dirinya menjadi budak dunia dan belum selesai dengan dunianya. Rasulullah SAW bersabda “Orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Ulama terdahulu sangat produktif dalam menulis untuk kepentingan peradaban umat sehingga kitabnya menjadi rujukan umat hingga sekarang dan namanya tetap harum walaupun ulama itu sudah meninggal dunia puluhan tahun. Kadang kita menulis hanya untuk berburu jabatan, uang dan popularitas sehingga niatnya hanya untuk dunia semata.

Perebutan rangking didalam sebuah perguruan tinggi menjadi semakin cepat tetapi sayangnya tidak dibarengi dengan perbaikan akhlak. Tidak sedikit akademisi yang hanya mengejar jabatan dan popularitas sehingga persoalan umat tidak diselesaikan. Kadang ingin mendapatkan gelar akademik saja selalu menggunakan cara-cara yang tidak baik bahkan tidak sedikit yang melacurkan idealiasmenya sebagai seorang cendekiawan.

Apa untungnya mendapatkan gelar akademik tinggi dan tulisan dimuat di jurnal international tetapi akhlak tidak dijaga di ruang publik. Apa artinya predikat akreditasi tinggi tetapi tidak ada perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Akreditasi memang penting tetapi harus bersinergi dengan perbaikan akhlak. Popularitas dan rangking tinggi tidak menjadi ukuran persoalan umat bisa diselesaikan dengan baik.

Kalau sebuah universitas tidak mendapatkan rangking yang tinggi seolah menjadi lonceng kematian bagi sebuah universitas. Lonceng kematian kampus ditandai dengan kerusakan moralitas.

Perlombaan kampus terbaik bukan hanya dilihat dari megahnya kampus, banyak jurnal yang dipublis terindeks international, penghargaannya banyak, melainkan sejauhmana sebuah universitas ada peningkatan kualitas sumberdaya, akhlak yang baik, perkataan yang baik, perbuataan yang baik, serta mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam masyarakat.

Mamat Muhammad Bajri, M.Ag, Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta.

Pos Terkait

Data, EMIS 4.0, dan Sistem Keamanan Informasi
Spirit, Pemuda, dan Persatuan
3 Cara Menimbang Kualitas dan Kuantitas Rezeki
Ini Makna Logo, Tema, dan Theme Song Hari Santri 2024
Begini Konsep Masjid Ramah Ala Kemenag
3 Rahasiah Sukses Ala Nabi Muhammad dalam Berdagang
Begini Kisah Inspiratif Sholli, Disabilitas Penghafal 30 Juz Al-Qur’an di MTQ Nasional XXX
Kemenag – Baznas Jalin Sinergi Peningkatan Kompetensi Guru dan Dosen PAI

Pos Terkait

Rabu, 30 Oktober 2024 - 12:05 WIB

Data, EMIS 4.0, dan Sistem Keamanan Informasi

Senin, 28 Oktober 2024 - 11:54 WIB

Spirit, Pemuda, dan Persatuan

Jumat, 11 Oktober 2024 - 23:50 WIB

3 Cara Menimbang Kualitas dan Kuantitas Rezeki

Kamis, 10 Oktober 2024 - 15:31 WIB

Ini Makna Logo, Tema, dan Theme Song Hari Santri 2024

Jumat, 4 Oktober 2024 - 23:55 WIB

Begini Konsep Masjid Ramah Ala Kemenag

Pos Terbaru

Nulis

Yuk Budayakan Semangat Inovasi

Jumat, 1 Nov 2024 - 20:30 WIB

Reliji

Data, EMIS 4.0, dan Sistem Keamanan Informasi

Rabu, 30 Okt 2024 - 12:05 WIB

Nulis

Yuk Memulai Perubahan dari Hal-hal Kecil

Selasa, 29 Okt 2024 - 11:57 WIB

Reliji

Spirit, Pemuda, dan Persatuan

Senin, 28 Okt 2024 - 11:54 WIB