SUNANGUNUNGDJATI.COM-Dalam bahasa Al-Qur’an, manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan Mukkaram, dimuliakan-walagad karamna bani adam. Kemulian yang ada dalam diri manusia merupakan bentuk kasih sayang Allah terhadap manusia.
Kemulian yang Allah berikan perlu dijaga dengan sebaik-baiknya. Manusia itu mulia, jangan sampai kita jatuh kepada “Asfala safilin” serendah-rendahnya makhluk. Kita hakekatnya sudah diposisikan mulia oleh Allah. Kalau kita memiliki sebuah tindakan yang melanggar ketentuan Allah dan berbuat kedzhaliman, maka kita sama saja mendegrasi kemulian kita sebagai manusia.
Kita adalah makhluk mulia dan harus menentukkan pilihan, tetapi kita perlu hati-hati menentukan pilihan. Semua akan ada balasannnya.
Apa yang dirasakan, dialami atau dikerjakan oleh kita dalam menjalani kehidupan, semua itu adalah hasil pilihan kita sendiri.
Seorang itu ketika mendapat musibah maka akan berfikir bahwa itu adalah takdir, tetapi ketika mendapatkan kesenangan kita dengan bangga mengatakan itu adalah hasil perjuangannya sendiri, padahal, hakekatnys semuanya adalah dampak dari pilihan kita.
Bukankah dalam Al-Qur’an sudah disampaikan bahwa barangsiapa melakukan kebaikan sekecil apa pun juga, maka akan merasakan dampaknya, termasuk melakukan kejelekan, kedzhaliman sekecil apa pun akan merasakan dampaknya. Allah memberikan pilihan dan akan memberikan balasan atas apa yang menjadi pilihan kita.
Kita berbuat kejujuran, kebohongan, curang, korupsi, menipu pasti ada efeknya, apalagi berbohong kepada orangtuanya pasti efeknya sangat terasa didunia, belum lagi nanti diakherat. Dalam bahasa Budha, semua ada karmanya. Kalau kita rajin melakukan amal kebaikan, maka efeknya akan dirasakan termasuk malas pun akan terasa efeknya. semuanya pilihan kita.
Al-Quran sudah sangat jelas menjelaskan kepada hamba-hambanya, bahwa kita adalah makhluk yang dari tidak ada lalu diadakan, maka kita diperintahkan untuk tidak banyak bertingkah, tidak boleh sombong, tidak boleh memamerkan harta, tidak usah bangga bahwa saya punya kekuasaan dan bisa berbuat apa saja dan berbuat kedzhaliman dengan seenaknya, tidak usah memamerkan kecantikan, ketampanan segala macam.
Syahwat popularitas, syahwat kedudukan, syahwat kekayaan karena itu semuanya tidak ada apa apa dihadapan Allah. Hanya ketakwaan, keimanan, kemuliaan, dan kebaikan yang akan menghantarkan seseorang menjadi mulia dihadapan Allah SWT sesuai dengan kodrat kita diciptakannya sebagai manusia.
Mamat Muhammad Bajri, M.Ag | Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta