Umrah dan Isra Mikraj

- Editorial Team

Rabu, 2 Maret 2022 - 16:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUNANGUNUNGDJATI.COM-Bulan rabiul awal, lazimnya merupakan potret indah tentang konfigurasi kaum muslimin dan muslimat dari seantero jagat raya, yang datang silih berganti memadati Mekah dan Madinah untuk menunaikan ibadah umrah sekaligus membuncahkan kerinduan kepada dua kota suci.

Momentum Isra dan Mi’raj, ditengarai menjadi pemantik spirit ziarah. Hasrat untuk napak tilas, refleksi, sekaligus internalisasi nilai-nilai theologis, historis, filosofis maupun sosiologis, dari peristiwa yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam itu, menjadi semacam magnet yang menarik seluruh pusat kesadaran untuk umrah pada bulan rabiul awal.

Dalam narasi para ulama, Isra mi’raj mengajarkan arti penting memperkokoh eksistensi kehambaan manusia di hadapan Rabb-nya. Pada kutub eksistensi ini, setelah diterjang badai cobaan nan bergelombang. Baginda mulia dan rasul agung, diperjalankan Allah hanya dalam satu malam, dari satu tempat mulia, Masjidil Haram di kota Mekah, ke tempat mulia berikutnya, Masjidil Aqsha di Palestina. Setelah itu, Mi’raj ke shidratul muntaha, naik meniti tangga derjat untuk diperjumpakan dengan para nabi dan rasul sebelumnya. Setelah itu bertemu dengan Allah ‘Azza Wajalla.

Dalam spirit ini, setiap umat Kangjeng Nabi, yang mendamba diperjalankan Allah dari satu posisi mulia menuju posisi mulia berikutnya. Kemudian dengan prestisius diangkat derajatnya hingga mulia di hadapan sesama dan Rabb-nya, rumus utamanya, harus bersedia menjadi hamba Allah SWT.

Ibadah umrah, dalam keseluruhan rangkaian ritualnya, mengkondisikan setiap jamaah untuk menghambakan diri, merendahkan diri, menghinakan diri, bahkan tunduk patuh tanpa syarat kepada titah ilahi. Buah dari kesadaran ini, akan membekas secara kontras pada semua aspek kehidupan. Dalam kehidupan nyata, alumnus tamu Allah, akan hadir sebagai pribadi rendah hati. Jauh dari takabur, tidak membangakan diri, apalagi merasa paling segalanya.

Bila ia punya ilmu, ilmu yang dimilikinya tidak menjebaknya untuk merasa paling pintar. Tetapi sebaliknya, pintar merasakan perasaan orang lain. Bila ia rajin beribadah, maka ibadahnya tidak menjebak dirinya untuk rajin menyalahkan praktik ibadah orang lain. Bila ia memiliki status sosial yang tinggi, statusnya tidak menjebak dirinya untuk merendahkan orang lain. Bila ia dianugerahi kecantikan atau ketampanan, anugerah itu tidak menjebak dirinya untuk menjelekan apalagi menghina orang lain. Bila ia memiliki harta dan kekayaan, hartanya tidak menjebak dirinya untuk takabbur. Dan bila ia memilki pengikut yang fanatis nan mengidolakan, hal inipun tidak menjebak dirinya untuk menjadi manusia yang angkuh.
Tidak sekedar mengkondisikan jemaah untuk rendah hati, ibadah umrahpun mengajarkan setiap jemaah untuk bisa mengendalikan diri. Tidak mudah mengumbar amarah, tidak mudah terprovokasi, juga tidak murah untuk memberi gelar keji kepada siapun. Bila berkomuniaksi, dalam kondisi apapun, Ia bisa menyampaikan pesan dengan respektif, empatik bahkan terafeutik. Larangan ihram, yang menghajatkan setiap jemaah tidak rafas, fusuk dan jidal, adalah bukti nyata bahwa ibadah umrah mengajarkan jemaah memiliki mekanisme kedali diri.

Momentum Isra mi’raj, menjadi dambaan siapapun untuk menyambutnya dengan ziarah ke tanah suci. Cita-cita yang digendong, adalah mendamba kokohnya jati diri kehambaan di hadapan yang Ilahi. Dengan begitu, mereka berharap akan diperjalankan Allah dari satu tempat mulia menuju tempat mulia berikutnya. Setelah itu, diangkat deratnya dengan prestisius oleh Allah SWT. Semoga.

Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Pos Terkait

Sebarkan Islam Santun, Ini 3 Strategi Dakwah Sunan Gunung Jati
Hypnoparenting : Yuk Siapkan Anak Jadi Santri yang Hebat
Ketum PBNU : Sarung Bukti Kesinambungan Peradaban Hindu, Buddha dan Islam
Wasiat Sunan Gunung Jati di Tengah Politisasi Identitas
Qodarullah
Yuk Kenali Tradisi Muludan Masyarakat Cirebon
Mengejar Akhirat, Dunia Menghampiri
Begini Cara UIN Alauddin Susun Pedoman Integrasi Keilmuan Berbasis Moderasi Beragama

Pos Terkait

Minggu, 3 Desember 2023 - 12:45 WIB

Inilah Makam Sunan Gunung Jati dan Tradisi Panjang Jimat Saat Maulid Nabi

Minggu, 15 Oktober 2023 - 11:02 WIB

Yuk Jajal Kuliner Gunung Jati Cirebon, Sambil Ziarah Makam Wali

Sabtu, 14 Oktober 2023 - 13:41 WIB

Agama dan Kejahilan

Kamis, 12 Oktober 2023 - 10:01 WIB

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah

Selasa, 10 Oktober 2023 - 09:55 WIB

Qodarullah

Jumat, 15 September 2023 - 10:01 WIB

Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik

Senin, 11 September 2023 - 23:57 WIB

Gus Yaqut : Indonesia Jadi Kompas Toleransi di Dunia

Sabtu, 9 September 2023 - 15:46 WIB

Yuk Liburan di Cirebon, 5 Tempat Instagramable yang Bisa Dikunjungi

Pos Terbaru

Nulis

Sarung dan Simbol Fleksibiltas Santri

Rabu, 25 Okt 2023 - 12:05 WIB