Memaknai Kebaikan, Menyoal Hal yang Baik

- Editorial Team

Minggu, 9 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUNANGUNUNGDJATI.COM- Apa itu hal yang baik?” Ada banyak jawaban tentang ini. Terutama agama, ia bisa memiliki otoritas lebih untuk menjawab soal ini. Menurutnya, “hal yang baik” adalah jika segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan didasarkan pada tuntunan atau ajaran yang benar.

Berkata yang sopan. Peduli terhadap fakir miskin. Membantu sesama, bahkan berpuasa di bulan ramadan adalah “hal yang baik itu”. Lagi-lagi, dalam perspektif agama “hal yang baik” adalah sesuatu yang segaris dengan perintah Tuhan atau sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi.

Dalam perspektif agama, melakukan “hal yang baik” akan beroleh pahala dan menghantarkan seseorang untuk menempati surga kelak. Sebaliknya, melakukan “hal yang tidak baik”, atau melakukan tindakan yang dilarang sama saja dengan membangkan ketentuan Tuhan dan akan beroleh neraka, kelak.

Terkesan. Dalam sudut pandang agama seluruh tindakan manusia dikenai dua kententuan: kabar gembira-kabar duka. Janji-ancaman. Surga-neraka. Jika kamu berbuat “hal yang baik” maka pahalanya surga, sebaliknya jika “hal tidak baik” yang kamu lakukan, maka ancamannya adalah neraka.

Immanuel Kant punya cara tersendiri untuk menjawab apa “hal yang baik” itu. Menurutnya satu-satunya “hal yang baik” tanpa kualifikasi tidak lain adalah “good will”, niat untuk melakukan hal yang benar.

Seorang tukang parkir bisa saja mengurangi kembalian agar mendapatkan uang lebih, tetapi apabila ia berniat untuk melakukan hal yang benar, ia tentunya tak akan “menilep” uang kembalian itu. Tapi niat ini tentunya berbeda arti apabila si tukang parkir tidak melakukan “penilepan” uang kembalian itu karena takut tetangkap, bukan karena benar-benar berbuat sesuatu dengan dasar niat baik (good will).

Filasafat moral Kant mengajarkan satu hal. Ketika kita melakukan sesuatu, “lakukanlah sesuatu itu bukan karena faktor lain”, melainkan karena tindakan tersebut memang baik. Inilah yang selanjutnya disebut Kant sebagai “imperatif kategori”. Suatu hal yang harus kita lakukan sepanjang waktu apapun kondisinya.

Ramadan di depan mata. Kewajiban berpuasa bagi orang beriman tak bisa ditawar-tawar. Berpuasa di bulan ini kata agama adalah cara beroleh takwa. Dengan seruan ini, tidakkah agama sedang mengiming-imingi orang beriman? Apakah dengan ini agama sedang melakukan seruan tentang “hal yang tidak baik” seperti diisyaratkan secara tegas dalam filsafat moral Kantian?

Dr. Radea Juli A. Hambali, M.Hum., Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Pos Terkait

5 Nilai Orang Bertakwa Pasca Idul Fitri
5 Keutamaan Puasa Syawal; Penyempurna Ramadan hingga Tanda Syukur kepada Allah SWT
Kemenag Gelar Sidang Isbat Awal Syawal 1445 H 9 April 2024
Pesan Wamenag: Al-Qur’an Pedoman Bangun Peradaban Maju dan Bermartabat
Nuzulul Quran, Saatnya Introspeksi Diri
Kenapa Allah Merahasiakan Turunnya Malam Lailatul Qadar? Inilah Penjelasannya
Puasa: Syariat, Tarekat, Hakikat
4 Keistimewaan Bulan Ramadhan

Pos Terkait

Jumat, 19 April 2024 - 09:45 WIB

5 Nilai Orang Bertakwa Pasca Idul Fitri

Jumat, 12 April 2024 - 12:55 WIB

5 Keutamaan Puasa Syawal; Penyempurna Ramadan hingga Tanda Syukur kepada Allah SWT

Selasa, 2 April 2024 - 13:45 WIB

Kemenag Gelar Sidang Isbat Awal Syawal 1445 H 9 April 2024

Senin, 1 April 2024 - 14:56 WIB

Pesan Wamenag: Al-Qur’an Pedoman Bangun Peradaban Maju dan Bermartabat

Jumat, 29 Maret 2024 - 07:30 WIB

Nuzulul Quran, Saatnya Introspeksi Diri

Selasa, 26 Maret 2024 - 09:27 WIB

Kenapa Allah Merahasiakan Turunnya Malam Lailatul Qadar? Inilah Penjelasannya

Senin, 18 Maret 2024 - 08:13 WIB

Puasa: Syariat, Tarekat, Hakikat

Jumat, 15 Maret 2024 - 08:00 WIB

4 Keistimewaan Bulan Ramadhan

Pos Terbaru

Reliji

5 Nilai Orang Bertakwa Pasca Idul Fitri

Jumat, 19 Apr 2024 - 09:45 WIB

Nulis

6 Etika Silaturrahim

Kamis, 18 Apr 2024 - 07:30 WIB