SUNANGUNUNGDJATI.COM-
Saya sudah mengikuti video² perjalanan anak ini, Doni Salmanan, yang hidup dari bawah hingga jadi orang kaya, lama sebelum dikenal publik, ketika saya baru mengenal ada jenis trading binary option, 5 tahun lalu. Saya pun mengenal Indra Kesuma alias Indra Kenz. Keduanya trader muda sukses yang hidup “nyaman” dari berlimpahnya duit hasil trading.
Keduanya anak baik dan pikirannya sehat yang tidak berniat jahat dengan tradingnya. Yang terjadi adalah mereka terjebak oleh berlimpahnya dunia sampai tak memikirkan resiko jadi afiliator dan influenzer broker² trading ilegal. Saya baru tahu belakangan mereka dibayar besar oleh Binomo, Olymp Trade dan Quotex di belakang layar flatform trading.
Income mereka milyaran perbulan dalam usia masih sangat muda yang belakangan disebut sultan alias crazy-rich. Siapa sangka, keadaan berbalik 360 derajat seketika, dari hidup berlimpah kaya harus mendekam 20 tahun penjara. Keduanya sudah tersangka, Indra Kenz sudah masuk bui, Doni Salmanan menyusul. Saya kasihan pada keduanua, 20 tahun itu terlalu berat melebihi para koruptor perampok uang negara yang dihukum ringan. Doni dan Indra bukan penjahat, mereka hanya terjebak yang merugikan orang lain. Bagi saya 5 tahun juga cukup. Ya sudahlah.
Apa pelajaran yang bisa diambil? Sambil ngopdud bareng, guru saya menjelaskan:
“Itulah dunia. Itulah kaya yang belum waktunya dan diluar standar mereka. Anak-anak muda itu standar kekayaanya tidak sampai segitu, makanya kehidupan mengambilnya kembali dan mengembalikan mereka ke semula sebagai pelajaran hidupnya.”
“Ketika sukses, tak ada bimbingan agama, sering pamer kekayaan seperti tak ada yang salah. Bila nasehat agama diabaikan, kekayaan itu adalah istidraj. Banyak kekayaan dinikmati seseorang, dia rutin shalat dan ucapannya religius, seakan tak ada yang salah dengan hidupnya, tapi agama bukan kesadarannya, yang memenuhi hatinya dan pikirannya tetap saja dunia. Dunia memang melenakan dan kekayaannya pun adalah malapetakanya. Banyak sekali orang seperti itu, mereka berdua hanyalah contoh bagi yang lain agar menjadi pelajaran.”
“Tong katipu ku dunia, ulah kabita ku kabeungharan nu teu wajar, komo can waktuna bari meunang na ge teu wajar. Sing apal ka diri.”
Saya jadi ingat, nu untung mah Kang Asep nu sangsara ku dunya tapi meunangkeun Mumun dina lagu Doel Sumbang. Mumun nu geulis pada ngarebutkeun.
“Jol Ocid mawa mercy,
jol Udin jeung BMW,
jol Dodo mawa volvo,
Ana mawa toyota …
Walaah … “
Rumasaa … Asep mah rumasaa …
Asep mah sangsara ku dunya,
Rumasaa … modal ukur cintaa …
Ditambah nawaetu rek satia …
Mumuun … milih mana?
Mumuun … milih saha?
Kang Asep tong cangcaya
Mumuun … pasti milih didinya.
Ngagebraaay … dunia jadi caang
Asa garenah ku pipikiran
Sare tibra dahar mirasaa …
Nyata cinta teu kabeh ningali dunia …”
Tah kitu. Wilujeng Kang Asep!***
Moeflich Hasbullah, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Alumni The Australian National University Canberra.