SUNANGUNUNGDJATI.COM-Saya ditanya oleh beberapa orang, penting mana pergi ke tanah haramain atau bersedakah, saya jawab dua-duanya penting, tetapi jika sudah pergi ke tanah haramain, alangkah baiknya tidak usah sering-sering pergi ke tanah haramain, cukup uangnya gunakan dengan yang lain atau bisa digunakan untuk membantu saudaranya yang mengalami kesulitan ekonomi
Begitu banyak orang bolak balik ke tanah haramain dengan alasan rindu ibadah di mesjidil Haram dan Mesjid Nabi, padahal Perintah menunaikannya hanya sekali.
Allah dan Rasul pun rindu kepada hambanya yang memiliki kekayaaan untuk bersedekah kepada orang yang membutuhkannya. Bukankah bersedakah pahalanya juga lebih besar ketimbang bolak balik ke tanah haramain? Mendekat kepada Allah tidak hanya dengan ibadah di mesjidil haram atau pun masjjd Nabi, mendekat kepada Allah pun bisa dengan menjaga hak-hak fakir miskin dan anak yatim piatu.
Haji dan Umroh tidak diukur dengan seringnya pergi ke tanah haramain, melainkan sejauhmana mentransformasikan nilai-nilai haji dan umrohnya dalam kehidupan sosial. Allah lebih senang hambanya terus berbuat kebaikan dan membantu kepada saudara-saudaranya yang membutuhkannya.
Kita ambil contoh kalau seandainya Rakyat Indonesia yang muslim sudah berkali kali hajj atau umroh ada sekitar 3000 orang per tahun dengan estimasi biaya haji atau umroh 35.000.000× 3000 maka totalnya bisa mencapai 105.000.000.000. Dana yang luar biasa besarnya.
Kalau dana sangat besar itu digunakan untuk membantu orang-orang yang putus sekolah, membangun sekolah/pondok/lembaga keagamaan/anak-anak yatim piatu/fakir miskin maka begitu banyak manfaatnya yang bisa dirasakan oleh mereka termasuk orang yang mensedekahkannya pun mendapatkan pahala yang akan terus mengalir hingga hari kiamat Bukankan indikator diterimanya haji dan umroh adalah memberikan makan kepada fakir miskin. Begitulah Rasulullah mengajarkan Umatnya.
Dalam sebuah hadist Shahih, Rasulullah SAW bersabda” Saya dan penyantun anak yatim seperti dua jari ini di surga’Nabi SAW menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnua. Pelaku amalan ini akan berada bersama beliau kelak di surga yang sama, tentu saja surga yang ditempati oleh Nabi Muhammad adalah yang paling baik dan paling bagus. Alangkah baiknya seorang muslim yang sudah berkali-kali haji atau umroh memikirkan pahala dan pahala terbaik bagi dirinya
Dalam hidupnya Rasulullah SAW melaksanakan ibadah haji sekali dan umroh sunnah dua kali sepanjang hayatnya, padahal kesempatan Rasulullah untuk melakukannya lebih besar, tetapi beliau lebih memprioritaskan ibadah sosial. Begitulah Akhlak Paling Mulia Rasulullah. Bukankah Akhlak beliau adalah Al-Qur’an? Allahumma Shali Ala Sayyidina Muhammad.
Mamat Muhammad Bajri, M.Ag | Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta.