Imam Safei, Kepala Biro pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung
SUNANGUNUNGDJATI.COM – Ada orang yang mencoba mengotak-atik kata Sarung atau Sarungan, lalu menghubungankannya dengan kata Syar’an yang berarti syariat. Karenanya orang yang sarungan sering dihubung-hubungkan dengan sosok santri yang dalam kehidupan kesehariannya sangat menjunjung tinggi syariat agama. Pemaknaan krata bahasa seperti ini tidak ada yang meyangkal karena memang sangat dekat dengan kondisi nyatanya.
Sarung tidak pernah bisa dilepaskan dari aktivitas santri sepanjang waktu, baik pagi, sore, siang, maupun malam hari. Tidur, belajar, beribadah, jalan-jalan, bahkan berolahraga santri mengenakan kain sarung. Kain sarung bagi santri adalah perlengkapan yang wajib dimiliki.
Pemakaian kain sarung di kalangan santri terutama pada pondok pesantren salafiyah merupakan kekhasan. Kebiasaan memakai kain sarung ini banyak berlanjut meskipun mereka sudah tidak menyandang predikat santri. Apalagi kalau santri kemudian menjadi tokoh agama atau ulama, maka bersarung merupakan pakaian kekhasannya.
Memakai kain sarung di kalangan para santri tidak semata melanjutkan tradisi pesantren yang ditradisikan para pendahulunya. Banyak alasan mengapa pakaian sarung menjadi bagian custom yang tidak dipisahkan.
Sarung adalah pakaian yang sangat fleksibel. Sarung bisa dipakai tidur, ngaji, jalan-jalan, ke pasar, apalagi ke masjid. Harga, ukuran, dan corak motifnya sangat bervariasi. Merawatnya juga tidak susah dibandingkan dengan jenis pakaian lainnya. Dalam kondisi apapun sarung bisa dimanfaatkan. Ini sangat berbeda dengan jenis pakaian yang lain.
Karena hampir dalam semua aktivitas santri memakai sarung, maka pada umumnya mereka memiliki lebih banyak sarung dari pada celana panjang. Kebanyakan dari mereka mengenakan celana panjang kalau akan bepergian jauh atau pulang kampung. Bahkan pulang kampungpun sebagian juga mengenakan sarung. Apalagi kalau santri sowan ke kyai, tidak pernah terlihat satupun santri yang mengenakan celana panjang.
Fungsi sarung juga bermacam-macam. Disamping fungsi utamanya sama dengan celana, fungsi sarung fleksilbel. Bisa dipakai untuk ibadah di masjid, menghadiri undangan pengajian, resepsi dan pakaian keseharian di rumah. Tidak jarang secara mendadak sarung juga bisa digunakan sebagai rangsel untuk membawa barang dan pelampung renang. Tentu kalau memikirkan lebih mendalam lagi masih banyak fungsi sarung. Sarung betul-betul simbol fleksibilitas.
Makna simbolik dari sarung atau sarungan ini adalah bagaimana santri juga bisa bersikap fleksibel bisa ada di mana-mana, bisa memegang peran apa saja dengan tetap memegang teguh ajaran agama sebagai landasan atau spirit menjalankan peran apa saja yang diamanahkannya. Selamat Hari Santri Nasional. “Jihad Santri Jayakan Negeri”