SARI SAFITRI, alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung
SUNANGUNUNGDJATI.COM — Sebelum berangkat haji, setiap jemaah sudah pasti telah mengikuti manasik haji dari bulan-bulan sebelum keberangkatan. Bahkan, ada yang mengikuti manasik haji setahun sebelumnya karena masa hajinya jatuh tahun depan. Mereka yang berada dalam daftar tunggu ini memiliki keuntungan, terutama dari aspek persiapan teori dan praktik serta menghafalkan bacaan atau doa yang harus dibaca ketika ibadah rukun Islam terakhir tersebut dilaksanakan.
Karena itu, calon haji untuk tahun depan lebih siap ketimbang mereka yang naik haji secara mendadak. Namun, sisi lainnya dari calon haji yang menunggu adalah perasaan was-was atau khawatir kalau dirinya tidak sampai umur. Meskipun memang takdir tidak sampai pada badah haji, pahala akan didapatkan karena niatnya. Sesuai dengan hadits bahwa sesungguhnya amal atau pahala ditentukan dengan niatnya. Kalau niatnya baik, belum dilaksanakan pun mendapatkan satu pahala karena berkeinginan (azam) untuk ibadah. Berbeda dengan perbuatan jelek, meskipun sudah diniatkan, belum berbuah. Ia akan berbuah kalau perbuatan jelek itu dilakukan. Inilah keuntungan buat umat Islam yang tidak dimiliki umat beragama lainnya.
Bagi kaum Muslim yang bercukupan harta, umrah dapat menjadi sebuah latihan haji; sebelum benar-benar siap menunaikan ibadah haji. Memang ada salah satu mahzab fiqih menyebutkan bahwa umrah adalah ‘haji kecil’ karena di dalamnya terdapat rangkaian ibadah yang hampir sama dengan haji. Yang membedakannya adalah umrah dapat dilakukan di luar bulan Dzulhijjah dan tanpa wukuf di Arafah. Karena itu, umrah dapat dijadikan salah satu latihan dan pengenalan lokasi-lokasi rangkaian ibadah haji.
Meskipun setiap grup haji atau travel (tempat calon haji dan umrah) yang berangkat sudah ada pembimbingnya, tidak jarang tidak terarahkan atau tidak terkondisikan ketika sampai di Tanah Suci (Makkah dan Madinah). Karena itu, setiap calon jemaah haji atau calon jemaah umrah perlu memiliki pengetahuan yang menjadi panduan untuk mengenal lokasi-lokasi ibadah haji dan umrah di Tanah Suci.
Tampaknya, dalam upaya menjadi semacam guide pada lokasi-lokasi ibadah haji dan umrah tersebut, H. Purwadi menulis dan menyusun buku The True Ziarah of Haji & Umrah: Buku Genggam Ibadah Berfitur Foto.
Buku yang diterbitkan Penerbit Salamadani ini bukan buku khusus fiqih ibadah haji dan umrah, melainkan informasi semua lokasi sejarah dan pusat ziarah di Madinah dan Makkah serta sekitarnya. Penulisnya yang berkali-kali ke Tanah Suci membagikan pengalaman dan tips beribadah serta menunjukkan lokasi ibadah dengan ulasan dan keterangan pada setiap gambar yang terdapat di dalam buku ini. Secara umum, pembaca akan diajak untuk menelususi jejak Rasulullah saw dan lokasi ibadah disertai informasi terkini berkaitan dengan lokasi tersebut. Karena dengan memahami lebih jauh tentang tempat-tempat ibadah atau lokasi bersejarah kaum Muslim akan lebih meresapkan makna tempat-tempat tersebut. Ditambah lagi dengan adanya foto-foto yang tersaji di dalamnya, selain mendapatkan kilas balik sejarah perjuangan Rasulullah saw, juga dapat memperoleh gambaran terkini tentang tempat-tempat bersejarah yang ada di sekitar Makkah dan Madinah.
Saya yakin, dengan membaca buku ini para jamaah haji dan umrah akan mendapatkan informasi sebelum pelaksanaan ibadah haji atau umrah tersebut dilakukan. Pembaca akan mengetahui suasana ketika berada di Tanah Suci dan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Mengingat pentingnya isi buku ini, saya kira dapat menjadi ‘bekal’tambahan dalam menjalankan ibadah di Tanah Suci bagi para calon jemaah haji dan umrah.
Bagi mereka yang masih berniat atau belum memiliki kemampuan untuk berangkat, buku kecil ini pun pantas dibaca karena dapat menambah wawasan kesejarahan, khususnya tentang perjuangan Rasulullah saw dan umat Islam dalam menegakkan Islam di Tanah Suci. Melihat isinya yang informatif, tampaknya wajib dimiliki oleh kaum Muslim. Selamat menunaikan ibadah haji dan umrah. Semoga mabrur dan mabrurah. Amiin. ***