AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.
SUNANGUNUNGDJATI.COM
Tinggi, cantik, putih, dan berwawasan luas. Demikian kesan saya terhadap Nadine Alexandra Dewi Ames, seorang Putri Indonesia 2010. Nadine, yang akan maju pada ajang Miss Universe 2011, diingatkan oleh Direktur Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo, untuk bangga menggunakan Bahasa Indonesia.
“Untuk berangkat ke Miss Universe itu Putri Indonesia harus bangga dengan bahasa kita. Untuk bahasa, mereka mengadakan translator. Jadi, kita harus bangga atas bahasa kita. Kita pakai biar mereka tahu bahasa Indonesia,” tegas Mooryati (HU Galamedia, 12/10/2010).
Mengapa berpesan begitu. Mooryati menerangkan, banyak warga asing yang datang ke Indonesia untuk belajar Bahasa Indonesia karena memiliki kelebihan dan kekhasan. Apalagi dalam budaya, Indonesia memiliki kerajinan berupa batik dan bahasa daerah serta seni tradisional yang tidak dimiliki negara lain.
Putri Indonesia 2010, Nadine Alexandra, mengaku dirinya baru belajar Bahasa Indonesia ketika penobatan mahkota Putri Indonesia 2010 berlangsung di Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta Selatan (Jumat malam, 8/10/2010).
Memang patut disayangkan seorang Putri Indonesia tidak bisa Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Nadine, yang kini berusia 19 tahun ini tidak lahir di Indonesia, tetapi lahir dan besar di Inggris. Ia juga mengaku bahwa tinggal di Indonesia baru tiga tahun sehingga masih belajar berbahasa Indonesia.
Aneh bin ajaib. Kenapa para dewan juri yang terlibat dalam pemilihan Putri Indonesia 2010 tdak memperhatikan bahasa negerinya sendiri? Bukankah bahasa menjadi identitas bangsa sekaligus penegas kebudayaan?
Tampaknya para dewan juri hanya sekadar menilai lekuk tubuh, lincah tidaknya di panggung, cantik dan seksinya seorang putrid, dan sisi lahiriah lainnya. Sisi kebudayaan dan identitas bangsa tidak diperhatikan. Semoga saja nanti pada pemilihan Putri Indonesia 2011 yang terpilih adalah seorang Putri Indonesia yang benar-benar wakil dari Indonesia.