Ayo Mencicipi Lezatnya Docang, Makanan Khas Para Wali di Cirebon

- Editorial Team

Sabtu, 8 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aditya Pratomo, Binus

SUNANGUNUNGDJATI.COM — “Jika ada yang bertanya, apa sih kuliner khas kota Cirebon ? Bapak pasti akan menyebutkan Nasi Lengko, Nasi Jamblang, Empal gentong dan Empal Asem. Padahal jika kita mau telusuri lagi, masih banyak lagi kuliner khas kota Udang yang rasanya gak kalah menarik untuk dicoba “.

Itulah sekilas pembiacaraan saya dengan Mang Adang, tukang becak yang mengantarkan saya menjelajah kota Cirebon ketika itu. Traveling saya kali ini adalah ingin melihat kota Cirebon. Sebuah kota perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kota yang sering menjadi tempat transit kereta api jurusan Jakarta – Jawa Timur maupun Jawa Tengah. Sebuah kota yang terkenal dengan tari topengnya, dan juga kota santri karena kota Cirebon adalah tempat salah satu tokoh wali songo yang menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa Barat, yaiu Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

Salah satu kuliner khas terkenal dari kota ini adalah Docan11150655_798437933581546_1871639957172593831_n11008058_798438183581521_3234492147491637091_n11008539_798438050248201_7192133339902875929_n22318_798438203581519_4951720898415105531_ng. Docang adalah makanan yang sederhana namun penuh religius saat jaman Wali Sanga ini cukup banyak digemari masyarakat Cirebon dan masih bertahan hingga saat ini, namun sayang penjualannya tidak sebanyak jaman dulu. Salah satu tempat yang menjual kuliner ini letaknya di jalan Siliwangi, yang lokasinya tidak jauh dari stasiun kereta api Kejaksan. Nama warungnya adalah DOCANG IBU KAPSAH

Warung Ibu Kapsah, letaknya mangkal di halaman rumah berasitektur belanda kuno, dengan meja dan kursi panjang. Docang Ibu Kapsah ini sudah 13 tahun lamanya, dan usahanya diteruskan oleh anak-anaknya sekarang. Kuliner eksotis ini isinya irisan lontong, rebusan daun singkong dan daun mengkudu, rebusan toge, parutan kelapa dan disiram kuah oncom (mirip kayak kuah toge goreng), disajikan dengan menggunakan krupuk khas untuk docang. Rasanya segar karena ada rebusan daun singkong, daun mengkudu dan toge rebus, ada jejak oncom di kuahnya, berpadu dengan gurihnya parutan kelapa dan juga kuah yang mak nyuss … yang bikin beda adalah krupuknya, rasanya enak apalagi kalo udah disiram kuah docang. Docang Ibu Kapsiah buka dari pagi mulai pukul 06.00 hingga pukul 10.00, kalau hari libur warung ini akan penuh dibandingkan dengan hari biasa.

Ternyata, makanan docang ini memiliki sejarah tersendiri lho pada jaman dulunya. Tepatnya pada jaman para wali. docang makanan khas Cirebon, Jawa Barat Ketika para wali ini menyebarkan agama Islam masuk ke pelosok Jawa, muncullah Pangeran Rengganis yang membenci para wali karena menyebarkan agama Islam maka munculah niat untuk membunuh para wali dengan docang yang sudah dicampur dengan racun. Dialah yang pertama kali membuat docang dan menghidangkannya ke tengah-tengah para wali yang sedang berkumpul di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Keraton Kasepuhan Cirebon.

Ia sengaja menciptakan kuliner baru yang disebut Docang, hal ini dimaksudkan agar para Wali tertarik dan penasaran untuk mencoba mencicipi makanan yang baru, padahal sudag ditaburi oleh racun oleh Pangeran Rengganis.

Rencana P. Rengganis berhasil. Docang yang disuguhkan itu benar-benar dimakan oleh para Wali. Tapi sungguh ajaib, racun yang dicampurkannya ke dalam docang itu tidak berpengaruh apa-apa. Setelah para wali makan docang itu, para wali bukannya mati, merekan malah ketagihan dan mereka minta tambah. Sampai sekarang, kebiasaan menyantap docang setiap menjelang Maulid Nabi Muhammad Saw menjadi tradisi. Kalian dapat menemukan penjual docang panas di banyak tempat jajanan di Cirebon, salah satunya di alun-alun Keraton Kasepuhan. Cirebon yang berada di pesisir utara Jawa ini terkenal dengan sederet menu makanan tradisional yang tetap bertahan di tengah perubahan jaman. Bagaimana tertarik untuk mencoba ?

 

Pos Terkait

Kerja Keras, Hidayatul Fikra, dan Managing Editor Jurnal Riset Agama
Ingin Memastikan Keutuhan Gagasan dalam Menulis Skripsi, Yuk Ikuti 3 Cara Ini!
Yuk Budayakan Semangat Inovasi
Yuk Memulai Perubahan dari Hal-hal Kecil
Jadilah Pemimpin Berintegritas di Tengah Perubahan
Saatnya Akselerasi SDM Pesantren: Santri Unggul dan Mendunia
Santri, Pelantikan, dan Kepemimpinan Bangsa
Pelatihan, Kelas Menulis, dan Universiteit Leiden

Pos Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 08:46 WIB

Kerja Keras, Hidayatul Fikra, dan Managing Editor Jurnal Riset Agama

Senin, 4 November 2024 - 09:39 WIB

Ingin Memastikan Keutuhan Gagasan dalam Menulis Skripsi, Yuk Ikuti 3 Cara Ini!

Jumat, 1 November 2024 - 20:30 WIB

Yuk Budayakan Semangat Inovasi

Selasa, 29 Oktober 2024 - 11:57 WIB

Yuk Memulai Perubahan dari Hal-hal Kecil

Minggu, 27 Oktober 2024 - 11:45 WIB

Jadilah Pemimpin Berintegritas di Tengah Perubahan

Pos Terbaru

Edukasi

Siapkan Generasi Hebat, Menjadi Guru Ala Nabi

Sabtu, 30 Nov 2024 - 17:59 WIB

Reliji

3 Cara Menyambut Pemimpin Baru

Jumat, 29 Nov 2024 - 14:19 WIB