SUNANGUNUNGDJATI.COM
Pendidikan merupakan instrumen sangat penting dalam mencerdaskan bangsa Indonesia ke depan. Hanya saya melihat pendidikan Indonesia banyak teori ketimbang praktek, mungkin perbandingannya 70 persen teori dan 30 persen praktek, harusnya dibalik 70 persen praktek dan 30 persen teori.
Di Negara negara maju ada yang namanya school administrasion dan teacher. Jika ada orang minat menjadi school administrasion maka mereka akan menjadi bagian pengawas sekolah, kepala sekolah atau menjadi administrasi sekolah serta mentertibkan administrasi sekolah dan tidak boleh mengajar.
Kalau minatnya menjadi guru maka fokus going research dan tidak boleh menjadi kepala sekolah atau menjadi pengawas sekolah sehingga masing-masing akan fokus pada minatnya dan tugasnya. Di Indonesia yang menjadi administrasi guru bisa menjadi pengawas, menjadi kepala sekolah serta mengajar.
Makanya di indonesia kalau ada guru dekat dengan kepala dinas, maka bisa menjadi kepala sekolah. Makanya kenapa di luar negeri pendidikan bisa maju, karena mahasiswa di semester 2 sudah langsung research ke lapangan, di indonesia semester akhir baru melakukan research sehingga waktunya habis karena selesai masa studinya.
Termasuk di indonesia ada Fakultas Tarbiyah yang berada di Kementerian Agama atau Fakultas Pendidikan, mahasiswanya tidak mengetahui persoalaan yang terjadi di sekolah-sekolah yang berada di sekitar kampusnya.
Lalu apa fungsinya Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Pendidikan, jika sebagian mahasiswanya atau kampusnya tidak memiliki kepekaan terhadap sekolah yang ada di sekitarnya. Bahkan Fakultas Tarbiyah atau Fakultas Pendidikan menyelesaikan studinya 4-5 tahun, setelah lulus, mereka yang ingin menjadi guru harus mengikuti berbagai pelatihan seperti PLPG atau pelatihan-pelatihan lainnya atau tetek bengeknya dengan biaya yang menguras kantong calon guru, harusnya tidak usah mengikuti pelatihan lagi, cukup rubah aja kurikulumnya, yang tidak akan memakan waktu dan biaya.
Negara Finlandia sudah menerapkannya, makanya pendidikan mereka maju dan cerdas. Di Indonesia ganti menteri ganti kebijakannya dan celakanya yang menentukan arah pendidikan tidak memahami arah pendidikan bangsa Indonesia ke depan. Sistem pendidikan akan menentukkan kualitas sumberdaya manusia indonesia di masa yang akan datang.
Belum lagi workshop-workshop yang sering digelar oleh sekolah, kampus belum mampu meningkatkan kualitas sumberdaya peserta didik secara signifikan pendidikan itu urusan karakter bukan hanya urusan skill saja. Pendidikan bukan hanya mengarahkan peserta didiknya hanya cerdas, tetapi tidak memiliki akhlak.
Kita tidak ingin peserta didik cerdas tetapi mereka berbohong, sombong. Kita pun tidak ingin peserta didik jujur saja, tetapi malas, tidak ada kemauan. Jadi antara karakter moral dengan karakter kinerja harus sejalan. Kita ingin peserta didik itu cerdas, rendah hati, pintar, tidak malas, tidak sombong, tidak culas serta menghormati guru-gurunya.
Itu bisa dicapai dengan komitmen seluruh stakholder dan pemangku kebijakan pendidikan supaya arah pendidikan Indonesia terarah, terukur dan mampu mewujudkan Indonesia emas. pendidikan yang membuat peserta didik, guru dan dosen yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara emosional dan spiritual. Pendidikan yang membuat kita menjadi lebih dekat kepada Allah dan takut kepada nya.
Muhammad Awod Faraz Bajri, Dosen Sosiologi Agama Sekolah Tinggi Agama Islam al-Muhajirin Purwakarta.