SUNANGUNUNGDJATI.COM — Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengkritisi turunnya angka peminat dan pendaftar masuk ke Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Peminat masuk PTKIN dalam rentang tiga tahun terakhir, tahun 2022 berjumlah 111.452 siswa, tahun 2023 berjumlah 110.101 siswa dan tahun 2024 berjumlah 111.124 siswa. Jumlah pendaftar pada tahun 2022 berjumlah 100.879 siswa, tahun 2023 sebanyak 97.115 siswa dan tahun 2024 berjumlah 93.819 siswa.
Menurut Gus Men, panggilan akrab Menag, menurunnya pendaftar masuk PTKIN mungkin karena cara mempromosikan PTKIN yang masih menggunakan cara-cara lama dari cara-cara baru agar anak-anak siswa menengah atas tertarik masuk PTKIN
“Pasti ada sesuatu yang kurang dari kita, bisa jadi cara kita mensyiarkan pentingnya kuliah di PTKIN ini masih kurang, atau kita masih sering menggunakan cara-cara lama dari cara-cara baru agar anak-anak SMA itu tertarik masuk UIN atau PTKIN,” terang Menag saat membuka Sistem Seleksi Elektronik (SSE) Ujian Masuk (UM) PTKIN 2024 di Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
“Sebenarnya kita bisa belajar dari cerita sukses madrasah, madrasah hari ini menjadi tempat belajar yang diburu oleh anak-anak kita, bahkan sudah melampaui sekolah-sekolah umum. Pasti ada success story ada di dalam madrasah yang bisa kita ambil hikmah atau cara kita mempromosikan PTKIN sehingga jumlah peminat dan pendaftar sama,” sambung Gus Men dalam keterangannya, Selasa (25/06/2024).
“Menurut saya, kalau tidak disebut sebagai kekurangan, mungkin ada yang luput dari cara pandang kita merekrut anak-anak masuk ke PTKIN,” ia menambahkan.
Gus Men menandaskan, sebenarnya sistem seleksi elektronik ujian masuk PTKIN kalau di-breakdown lagi sudah cukup menjadi cara mengajak anak-anak berkuliah di PTKIN.
“Secara tidak langsung sebenarnya kita menyadari warna digital itu jadi dunia anak sekarang, tetapi di lain sisi, cara mempromosikan perguruan tinggi kita belum mengikuti dunia anak-anak kita. Saya tidak banyak menemui, misalnya PTKIN yang secara agresif mau memberitakan atau menyampaikan, cerita PTKIN di media sosial seperti Instagram, Facebook, Tiktok tentang PTKIN,” ujarnya.
Ia melihat tidak banyak PTKIN yang sangat agresif melakukan penetrasi di media sosial. Ia meminta masing-masing PTKIN perlu membuat tim yang secara khusus bermain di media sosial, lebih aktif membicarakan soal kampus.
“Karena tanpa itu, saya kira juga akan berat, anak-anak kita itu lebih banyak berinteraksi dengan media sosial dibanding dengan kita, mereka mendapatkan informasi jauh lebih banyak dari media sosial dibanding melalui kita secara offline,” ujarnya.
“Tidak cukup kalau hanya mengandalkan forum-forum offline, berapa yang bisa kita jangkau, intervensi ke media sosial itu penting dan yang tidak kalah penting adalah kontennya,” tandas Gus Men.
“Jadi, kontennya jangan kaku-kaku, kontennya harus memiliki cara berfikir anak-anak sekarang tanpa harus menyebut PTKIN mana saya sudah melihat PTKIN yang sudah mulai bermain di media sosial, tetapi kontennya kurang menarik,” ucapnya.
Selain itu, kata Gus Men, perlu meningkatkan kolaborasi dengan sekolah-sekolah menengah atas, atau sekolah umum maupun madrasah. Bagaimana pihak sekolah-sekolah itu menyampaikan ke anak didiknya apa sih PTKIN itu.
“Karena tanpa begitu, ini sebenarnya sudah pernah saya sampaikan dalam sejumlah kesempatan, tapi saya belum melihat ada upaya untuk kesitu. Saya kira kita harus saatnya menjemput bola, tidak hanya menunggu,” katanya.
“Kita datangi sekolah-sekolah, kita kampanyekan PTKIN itu langsung kepada anak-anak. Kemudian dengan merekrut alumni-alumni, terutama alumni-alumni yang memiliki nama besar, itu salah satu menarik cara anak-anak mau kuliah di PTKIN,” terangnya.
Kemudian yang tidak kalah penting lainnya terang Gus Men adalah beasiswa. Menurutnya, tawaran beasiswa itu dalam situasi ekonomi yang seperti sekarang ini akan menjadi menarik. “Kita harus cari cara di saat situasi seperti ini. Beasiswa ini bisa menjadi daya tarik buat anak-anak kita,” tuturnya.
Ia menyampaikan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengejar ketimpangan antara pendaftar dan peminat, dan mau mengelaborasi dan sedikit berpikir keras untuk mengejar ketertinggalan ini.
“Saya memiliki optimisme yang kuat atas PTKIN, karena apa yang diajarkan di PTKIN ini berbeda dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), kita memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh PTN. Dan saya meyakini di tengah gempuran ideologi budaya yang serba borderless, tidak ada batasan, ilmu-ilmu yang diajarkan di PTKIN itu bisa menjadi benteng pertahanan terakhir,” pungkasnya.
Hadir secara luring Rektor UIN Sunan Gunung Djati Rosihon Anwar, Direktur Diktis Ahmad Zainul Hamdi, Sekretaris Forum Rektor Sumper Mulia Harahap, Ketua Panitia UM PTKIN Nyayu Khodijah, sejumlah rektor PTKIN, dan panitia lokal yang hadir secara daring.