Yuk Memulai Perubahan dari Hal-hal Kecil

- Editorial Team

Selasa, 29 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUNANGUNUNGDJATI.COM — Pada ulang tahun Massive Open Online Course (MOOC) Pintar yang ke-2, Menteri Agama (Gusmen), Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, bahwa platform MOOC Pintar adalah bukti keberhasilan program transformasi digital di Kementerian Agama. Keberhasilan ini terlihat dari terbentuknya ekosistem layanan berbasis teknologi yang murah, terjangkau, efisien, dan melayani.

Apresiasi Gusmen terhadap platform pelatihan dan pengembangan kompetensi ini tidak berlebihan, karena faktanya platform ini memiliki performa yang bagus, yaitu kemampuannya dalam memberikan layanan kepada masyarakat sehingga menunjukkan kualitas sebuah lembaga pelatihan. Dalam jumlah kepesertaan misalnya, jika sebelum ada platform ini, kemampuan pusdiklat melayani masyarakat hanya empat ribu peserta per tahun, setelah ada platform ini bisa melayani jutaan peserta dalam satu tahun.

Pun dalam distribusi keilmuan, jika sebelum ada platform ini hanya peserta pelatihan saja yang mendapatkan informasi dan pengetahuan, setelah ada platform ini semua bisa mendapatkan pengetahuan. Platform ini berhasil mewujudkan demokratisasi pengetahuan, pengetahuan untuk semua. Siapapun yang ingin mendaptkan pengetahuan, kapanpun dan dimanapun bisa ikut belajar.

Platform ini juga ramah terhadap lingkungan. Semua pelatihan dijalankan tanpa kertas, paperless. Dalam satu tahun pelaksanaan pelatihan setidaknya bisa menyelamatkan lima ribu pohon. Hitungannya, jika dalam satu pelatihan tatap muka diikuti 30 peserta, rata-rata kertas yang dibutuhkan adalah 3 rim. Jika satu pohon bisa menghasilkan 16 rim kertas, maka satu juta peserta sama dengan lima ribu pohon.

Tidak hanya itu, platform ini juga berhasil mengefisienkan anggaran negara sebesar 7.9 triliun. Hitungannya adalah, jika pelatihan dilaksanakan dengan tatap muka, di mana per 30 peserta membutuhkan anggaran 170 juta rupiah, maka 1.4 juta peserta sama dengan 46 ribu kelas, dan itu membutuhkan anggaran sebesar 7.9 triliun.

Yang juga penting dicatat adalah, bahwa platform ini berhasil mengantarkan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan masuk lima besar sebagai Lembaga Pelatihan Berprestasi Tahun 2024 pada lomba antar lembaga pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Karenanya tidak heran jika Gusmen memberikan apresiasi yang tinggi terhadap platform ini. Platform ini berhasil menunjukkan performanya melayani masyarakat dalam skala besar. Platform ini berhasil mentransisikan pelayanan manual berbasis tatap muka ke pelayanan modern berbasis teknologi.

Jika dirunut dari awal pembuatannya, platform ini sebenarnya dikerjakan oleh tim di Pusdiklat Teknis dari hal-hal kecil dan sederhana, yaitu perumusan cara kerja platform, penyiapan tempat produksi konten, dan pembentukan tim produksi. Cara kerja platform dirumuskan dengan prinsip sederhana, yaitu bagaimana caranya platform bisa dijalankan dengan mudah dan murah, bisa diikuti oleh siapa saja tanpa harus meninggalkan pekerjaan sehari-harinya.

Sementara penyiapan tempat dan tim produksi dijalankan dengan prinsip yang tak kalah sederhana, yaitu “yang penting ada”. Tidak ada standar khusus yang dibuat. Tempat dan peralatan memanfaatkan yang sudah ada, sementara tim kerja (terpaksa) dibentuk tim baru, meskipun (juga) dengan prinsip yang penting ada. Belum ada standard broadcast pada waktu itu. Semua dijalankan dengan prinsip itu, yang penting ada, yang penting jalan, itu saja.

Namun dari serangkaian peristiwa-peristiwa ini kita bisa belajar, bahwa perubahan yang terjadi dalam sebuah organisasi ternyata berawal dari hal-hal kecil dan sederhana. Semuanya bahkan dimulai tanpa tersedianya anggaran khusus. Prinsip yang penting ada, yang penting jalan, ternyata memberi efek domino yang sangat besar karena membuat semua bisa berjalan dengan baik.

Semua tidak pernah membayangkan satu periode pelatihan bisa diikuti lebih dari seratus ribu peserta karena pada waktu itu yang terpikir hanyalah pelatihan yang dijalankan rutin dari minggu ke minggu dengan peserta puluhan orang, itu saja. Tak lebih dan tak kurang.

Bahkan, tim yang melakukan hal-hal kecil dan sederhana di atas ternyata juga tidak banyak, kurang dari sepuluh orang. Mereka bahu membahu mengerjakan tugas secara cair, flexible. Satu orang bisa mengerjakan apa saja tanpa harus iri dengan yang lainnya.

Karenanya, benarlah apa yang dikatakan sejarawan Inggris, Arnold Toynbe, bahwa perubahan ternyata berawal dari kelompok-kelompok kecil yang disebutnya sebagai creative minority. Menurutnya, perubahan ternyata tidak berawal dari kelompok besar, kelompok mayoritas yang melibatkan banyak orang.

Sekarang, perubahan kecil san sederhana itu telah menyebar ke banyak hal, menciptakan ekosistem pembelajaran yang bermanfaat. Saat dibuka waktu pendaftaran misalnya, tiba-tiba muncul banyak sekali informasi dari masyarakat bahwa pelatihan sudah dibuka pendaftarannya. Juga saat pelaksanaan pelatihan, jika ada masyarakat yang menceritakan kendala saat mengikuti pelatihan, masyarakat lainnya akan memberikan bantuan.

Perubahan kecil dan sederhana ini juga menciptakan kelompok-kelompok pembelajar, Learning community. Ada banyak sekali informasi yang disampaikan masyarakat ke Pusdiklat tentang adanya komunitas belajar bersama di tempat mereka bekerja. Biasanya mereka belajar bersama tentang materi-materi pelatihan setelah jam bekerja selesai.

Namun begitu, meskipun hal-hal kecil dan sederhana bisa dilakukan dengan mudah, tapi tidak semua orang mau melakukannya. Mayoritas memberikan “banyak syarat” sebelum melakukannya. Mereka lebih memilih melakukan rutinitas dari hari ke hari, tahun ke tahun sampai pensiun.

Anehnya, banyak sekali orang yang paham dengan beragam teori perubahan, tapi juga tidak banyak yang berani mewujudkan teori yang dipahaminya. Teori adalah satu hal, mewujudkannya adalah hal lain.

Pada akhirnya kita harus berani mengatakan, jika kita ingin melakukan perubahan, mulailah dari melakukan hal-hal kecil dan sederhana. Tidak ada perubahan jika kita tidak memulainya. Itu saja.

Muhtadin AR, Kabag TU Pusdiklat Teknis.

Pos Terkait

Yuk Budayakan Semangat Inovasi
Jadilah Pemimpin Berintegritas di Tengah Perubahan
Saatnya Akselerasi SDM Pesantren: Santri Unggul dan Mendunia
Santri, Pelantikan, dan Kepemimpinan Bangsa
Pelatihan, Kelas Menulis, dan Universiteit Leiden
7 Mitos dibalik 3 Fakta Kuliah Online
Ayo Jangan Pernah Bosan Berbuat Baik Sekecil Apa Pun!
4 Keutamaan Ilmu dan Para Pemiliknya

Pos Terkait

Jumat, 1 November 2024 - 20:30 WIB

Yuk Budayakan Semangat Inovasi

Selasa, 29 Oktober 2024 - 11:57 WIB

Yuk Memulai Perubahan dari Hal-hal Kecil

Jumat, 25 Oktober 2024 - 07:31 WIB

Saatnya Akselerasi SDM Pesantren: Santri Unggul dan Mendunia

Minggu, 20 Oktober 2024 - 23:34 WIB

Santri, Pelantikan, dan Kepemimpinan Bangsa

Senin, 14 Oktober 2024 - 11:59 WIB

Pelatihan, Kelas Menulis, dan Universiteit Leiden

Pos Terbaru

Nulis

Yuk Budayakan Semangat Inovasi

Jumat, 1 Nov 2024 - 20:30 WIB

Reliji

Data, EMIS 4.0, dan Sistem Keamanan Informasi

Rabu, 30 Okt 2024 - 12:05 WIB

Nulis

Yuk Memulai Perubahan dari Hal-hal Kecil

Selasa, 29 Okt 2024 - 11:57 WIB

Reliji

Spirit, Pemuda, dan Persatuan

Senin, 28 Okt 2024 - 11:54 WIB