Inilah Jejak Masa Kejayaan Sekolah Bersejarah Tamansiswa di Cirebon

- Editorial Team

Kamis, 20 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUNANGUNUNGDJATI.COM — Perguruan Tamansiswa pernah menjadi lembaga pendidikan ternama di Kota Cirebon, Jawa Barat. Di masa kejayaannya, sekolah tersebut pernah memiliki murid yang jumlahnya hampir mencapai seribuan orang.
Namun saat ini Perguruan Tamansiswa harus berjuang keras agar bisa tetap eksis dan mampu bersaing di tengah banyaknya sekolah-sekolah yang berdiri di Kota Cirebon.

Dilasnir dari detikJabar, Sekadar diketahui, Tamansiswa merupakan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Organisasi tersebut didirikan oleh seorang pahlawan nasional, Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Jogja.

Setahun kemudian atau pada tahun 1923, Tamansiswa kemudian mendirikan cabang sekolah di Kota Cirebon dengan nama Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon. Di era kejayaannya, Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon pernah memiliki siswa yang jumlahnya cukup banyak.

“Kalau dulu jumlah muridnya hampir seribuan. 800 lebih lah, hampir seribu. Siswa itu dari mana-mana, dari wilayah tiga (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan),” kata Ketua Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon, Nurcholis Majid di Kota Cirebon, baru-baru ini.

Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon sendiri memiliki sekolah yang terdiri dari beberapa jenjang pendidikan. Mulai dari SD (Taman Muda), SMP (Taman Dewasa), SMA (Taman Madya), SMK (Taman Karya Madya Teknik) dan SMK (Taman Karya Madya Ekonomi).

Saat masih memiliki siswa dengan jumlah banyak, Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon bahkan harus membagi waktu belajar. Yaitu waktu belajar dari pagi hingga siang hari dan dari siang hingga sore hari.

Nurcholis Majid mulai bergabung dengan Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon sejak tahun 1998. Saat itu, Nurcholis memiliki tugas sebagai Pamong (sebutan untuk guru di Perguruan Tamansiswa).

“Dulu itu jumlah siswanya banyak. Saya sendiri sempat ngalamin. Saya kan masuk ke sini tahun 1998. Dulu itu saya ngajar dari pagi sampai sore di STM (Taman Karya Madya Teknik). Jadi dulu itu sampai ada dua shift. Kelas 1 dan kelas 3 pagi, dan kelas 2 siang,” kata Nurcholis.

“Jadi dulu itu jumlah siswanya banyak sampai harus dibagi menjadi 2 shift. Dan kami sebagai pamongnya sudah menjadi resiko, berangkat dari rumah pagi pulangnya sore,” imbuh Nurcholis.

Namun seiring berjalannya waktu, kondisinya berubah. Jumlah siswa yang menimba ilmu di Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon mulai berkurang. Nurcholis mengatakan, kondisi itu mulai terjadi pada tahun 2007.

Menurut Nurcholis, ada beberapa faktor yang menyebabkan Perguruan Tamansiswa di Cirebon mengalami penurunan jumlah murid. Salah satunya adalah lokasi sekolah yang dinilai kurang strategis.

Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon sendiri beralamat di Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Ada beberapa akses jalan yang bisa dilalui untuk menuju ke sekolah ini. Pertama adalah melalui jalan kecil yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.

Selain itu, untuk menuju ke Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon bisa juga melewati akses jalan lain. Yaitu melalui pasar Kanoman.

“Barangkali (letaknya) memang kurang strategis. Karena banyak yang ngga tahu. Bahkan orang Cirebon sendiri ada yang tidak tahu kalau ada sekolahan di belakang pasar. Padahal sudah ada sejak tahun 1923,” kata Nurcholis.

Selain lokasinya yang dinilai kurang strategis, ada juga faktor lain yang menyebabkan Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon mengalami penurunan jumlah siswa. Nurcholis menyebut hal ini karena mayoritas masyarakat lebih memilih sekolah negeri sebagai tempat untuk menempuh pendidikan.

“Masyarakat secara umum itu masih Negeri Minded. Mayoritas masyarakat masih berpikir anaknya harus sekolah di sekolah negeri. Padahal kan apa bedanya,” kata dia.

Upaya Mempertahankan Eksistensi Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon
Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon sendiri terus berusaha untuk mempertahankan eksistensinya. Termasuk berusaha untuk meningkatkan jumlah siswanya.

Dalam hal ini pihak sekolah akan berusaha mengajak para alumninya agar menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan tersebut. Nurcholis menilai, jika upaya itu bisa berjalan, maka jumlah siswa di Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon dimungkinkan akan kembali meningkat.

“Kita mengajak para alumni untuk membangun kembali. Artinya anak-anak alumni itu disekolahkan di sini. Kalau saja itu bisa dilakukan, InsyaAllah ramai,” kata Nurcholis.

Di sisi lain, kata dia, pihaknya juga akan terus berusaha melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan sistem pendidikan yang dimiliki oleh Perguruan Tamansiswa.

“Dengan orang tua siswa, kami akan memberikan keyakinan terkait penanaman nilai-nilai Ketamansiswaan. Sehingga kami pun optimistis Perguruan Tamansiswa akan tetap eksis,” sambung dia.

Menurut Nurcholis, jumlah siswa yang dimiliki Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon saat ini memang jauh berbeda jika dibandingkan zaman dulu.

Saat ini, kata dia, jumlah siswa untuk tingkat SD (Taman Muda) di Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon secara keseluruhan ada sebanyak 60 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah siswa dari kelas 1 hingga kelas 6.

Kemudian untuk tingkat SMP (Taman Muda) dari kelas 7 hingga kelas 9, total ada sebanyak 45 siswa. Sementara untuk SMA (Taman Madya) dari kelas 10 hingga kelas 12, jumlah siswanya secara keseluruhan ada sebanyak 90 orang.

“Taman Karya Madya Teknik (SMK) sekitar ada 150an siswa. Dari kelas 10 sampai kelas 12. Untuk Taman Karya Madya Ekonomi kurang lebih sama, sekitar 150an,” kata Nurcholis.

Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan bersejarah yang ada di Kota Cirebon. Lembaga pendidikan itu sudah ada sejak tahun 1923 atau satu tahun setelah organisasi Tamansiswa didirikan pada 3 Juli 1922 di Jogja.

Menurut Nurcholis, sang pendiri Tamansiswa, yakni Ki Hajar Dewantara juga pernah mengajar di Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon.

“Konon katanya Ki Hajar Dewantara dulu pernah memberi pelajaran atau mengajar di sini (Perguruan Tamansiswa Cabang Cirebon). Itu menurut cerita dari para sesepuh,” kata Nurcholis.

Pos Terkait

Bangun Budaya Moderat dan Inklusif, Kemenag Gandeng Pendekar Kampus
7 Langkah Penguatan Kurikulum Glokalisasi Ala ICCL UIN Surakarta
Ayo Kuliah Lapangan Teologi Lingkungan Bareng Mahasiswa UIN Bandung di Pesantren Ath Thaariq
Inilah Kisah Sunan Gunung Jati Islamkan Patih dan Banyak Warga di China Lewat Kesaktiannya
Miris! Begini Kondisi Gedung Kesenian Cirebon
Inilah 5 Peninggalan Sunan Gunung Jati yang Perlu Diketahui
2 Cara Optimalisasi Tools untuk Menulis. Yuk Kuasai Microsoft Word dan Mendeley!
Selamat Lebaran dalam Bahasa Sunda

Pos Terkait

Kamis, 18 Juli 2024 - 20:57 WIB

Bangun Budaya Moderat dan Inklusif, Kemenag Gandeng Pendekar Kampus

Kamis, 20 Juni 2024 - 11:57 WIB

Inilah Jejak Masa Kejayaan Sekolah Bersejarah Tamansiswa di Cirebon

Selasa, 4 Juni 2024 - 08:25 WIB

7 Langkah Penguatan Kurikulum Glokalisasi Ala ICCL UIN Surakarta

Rabu, 29 Mei 2024 - 13:33 WIB

Ayo Kuliah Lapangan Teologi Lingkungan Bareng Mahasiswa UIN Bandung di Pesantren Ath Thaariq

Selasa, 28 Mei 2024 - 07:32 WIB

Inilah Kisah Sunan Gunung Jati Islamkan Patih dan Banyak Warga di China Lewat Kesaktiannya

Minggu, 19 Mei 2024 - 13:40 WIB

Miris! Begini Kondisi Gedung Kesenian Cirebon

Kamis, 2 Mei 2024 - 14:29 WIB

Inilah 5 Peninggalan Sunan Gunung Jati yang Perlu Diketahui

Rabu, 24 April 2024 - 16:35 WIB

2 Cara Optimalisasi Tools untuk Menulis. Yuk Kuasai Microsoft Word dan Mendeley!

Pos Terbaru

KomDak

Hari Anak Nasional, Kemenag Rilis TelePontren

Selasa, 23 Jul 2024 - 12:17 WIB

Reliji

Moderasi Beragama Jadi Wacana Intelektual Kampus

Senin, 22 Jul 2024 - 12:09 WIB