Hikmah Romalina, ASN Kementerian Agama
SUNANGUNUNGDJATI.COM
Sebagai mukmin, kita meyakini bahwa Allah itu Mahakuasa. Kita juga yakin bahwa tidak ada tempat untuk melarikan diri dan menyelamatkan diri kecuali hanya kepada-Nya.
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya (surga) kamu akan memperoleh apa yang kamu sukai dan apa yang kamu minta. (Fuṣṣilat [41]: 30-31)
Lari ke Allah. Allah dulu. Allah lagi. Allah terus. Karena Allah tempat bergantung.
Dalam menjalani hidup ini pasti ada beragam tantangan dan ujian. Flash back pada pengalaman sendiri, saat beberapa tahun usia pernikahan, di tengah kebahagiaan menikmati peran menjadi ibu bekerja dengan dua orang anak balita, tetiba suami menerima surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan 1 bulan kemudian, saya juga mendapatkan surat PHK.
Bingung, bagaimana mencukupi biaya hidup keluarga kecil kami, bagaimana bayar kontrakan, bagaimana memenuhi keperluan kedua balita kami, bagaimana mencari pekerjaan baru dengan usia yang tidak muda dan bukan fresh graduated? Apalagi, selang berapa waktu, datang badai permasalahan lain yang cukup besar dalam rumah tangga kami.
Rasanya seperti semua jalan buntu, tidak tahu mesti berbuat apa dan minta tolong ke siapa. Sebenarnya minta tolong kepada keluarga adalah hal yang sangat mungkin dan mudah, tetapi pantang buatku meminta bantuan keluarga untuk permasalah ini. Apalagi, ego si anak rantau, malu menunjukkan kesusahan, terutama kepada orangtua.
Saat kebingungan dan keterpurukan serta segala rasa bercampur aduk, ada satu keyakinan, yakin terhadap Allah SWT sebagai Pencipta, Pemelihara, Penjaga kelangsungan hidup, serta Pemberi rezeki dan solusi dalam setiap persoalan.
Keyakinan yang akhirnya membuat semua persolan yang saya hadapi secara pelan dan pasti terselesaikan dengan cara-Nya. Cara yang Masya Allah, menjadi takdir yang indah buat saya.
Mengapa kita harus lari ke Allah. Allah dulu. Allah terus. Allah lagi? Karena Allah berfirman: “Dan mereka menjawab cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung” (QS. Ali imran- 172)
“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu,” (QS. Al Ikhlas-1-2)
Allah tempat meminta segalanya dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung. Hanya kepada Allah kita berharap dan bergantung. Saat kita bergantung hanya kepada Allah, tidak ada lagi yang perlu kita risaukan dalam hidup ini. Sebab, kita yakin Allah selalu bersama kita: innallaha ma’ana. Saat kita lari ke Allah berarti kita sudah berserah diri kepada Nya, tentu juga harus dibarengi dengan melakukan ikhtiar yang maksimal.
“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia” (Ali bin Abi Thalib). Saat berharap kepada manusia, pastinya manusia memiliki keterbatasan dan kekurangan, tetapi tidak demikian saat berharap dan bergantung pada Allah SWT.
Allah akan memberikan jalan keluar terbaik dalam setiap persoalan yang kita hadapi. Bahkan, terkadang dengan jalan yang menurut pikiran kita sangat tidak mungkin. Satu hal yang penting untuk diingat bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya. Maka, mintalah jalan keluar kepada yang memiliki segalanya. Maka berdoalah.
Dalam hal apapun, bergantunglah hanya kepada Allah SWT dengan memfokuskan setiap hal dalam hidup kita sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya. Tidak hanya saat memperoleh kesusahan saja, saat memperoleh kenikmatan pun juga selayaknya harus Allah dulu, Allah lagi, dan Allah terus.
Setiap apa yang kita lakukan, insya Allah bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Dengan demikian, kita selalu dekat dengan Allah dan senantiasa tenang menjalani hidup ini. Hanya kepada Allah kita bergantung, dan hanya kepada-Nya kita pasti akan kembali. Wallahu’alam bis-shawaab.