SUNANGUNUNGDJATI.COM — Sebagai salah satu Wali Songo, nama Sunan Gunung Jati telah dikenal luas oleh masyarakat, terutama muslim di Indonesia. Ia menjadi tokoh yang berperan dalam penyebaran Islam, khususnya di tanah Sunda.
Hingga kini, meski sang tokoh sudah tiada, jejaknya masih terus dikenang. Salah satunya dengan menziarahi makamnya.
Dilasnir Tempo yang berkesempatan mengunjungi kompleks makam Syekh Maulana Syarif Hidayatullah alias Susuhunan Jati atau Sunan Gunung Jati, pada hari pertama Idulfitri 1 Syawal 1443 Hijriah
Makam sang sunan dan sahabatnya
Kompleks makam Sunan Gunung Jati berlokasi di Desa Astana, Kecamatan Gunungjati (dulu Kecamatan Cirebon Utara), Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sebenarnya, kompleks makam Sunan Gunung Jati terbagi dua lokasi, yaitu Astana Gunung Jati dan Astana Gunung Sembung.
Kendati bernama Astana Gunung Jati, di lokasi ini justru tiada makam Sang Sunan. Adanya makam Syekh Dzatul Kahfi, salah seorang penyebar agama Islam pertama di Cirebon sebelum Sunan Gunung Jati. Kedua tokoh itu bersahabat, saling belajar dan sama-sama menyebarkan Islam di Bumi Pasundan.
Syekh Dzatul Kahfi punya nama lain Syekh Nurjati, Syekh Datuk Kahfi, Syekh Idhofi Mahdi atau Syekh Nurul Jati. Syekh Nurjati-lah yang jadi mertua Sunan Gunung Jati setelah Sang Sunan menikahi putri Syekh Dzatul Kahfi yang bernama Nyi Rara Api atau Nyi Rara Jati.
Makam Syekh Nurjati berada di puncak bukit. Di bawahnya terhampar pemakaman umum warga. Makam-makam ini menyebar di lerengan bukit, sehingga ribuan peziarah terkonsentrasi di sana.
Tak perlu membayar untuk masuk ke area Astana Gunung Jati. Namun peziarah sangat disarankan memberikan infak atau sedekah melalui kotak-kotak amal.
Di Astana Gunung Sembung pun tak dipungut bayaran. Kedua lokasi pemakaman ini terpaut jarak sekitar 400 meter dan masih berada dalam satu desa yang sama.
Peziarah juga bisa memberikan infak atau sedekah karena uang yang terkumpul nantinya dibagikan kepada juru kunci sebagai upah mereka. Total, menurut seorang juru kunci, jumlah juru kunci di Astana Gunung Sembung sebanyak 125 orang. Mereka dibagi per kelompok atau regu yang bergantian kerja setiap 15 hari sekali. Setiap regu beranggotakan 15 orang.
Rerata setiap hari makam Sunan Gunung Jati dikunjungi seribuan orang. Jumlah pengunjung melonjak jadi 5 ribuan orang di hari Jumat Kliwon dan naik lagi hingga puluhan bahkan bisa seratusan ribu orang di hari pertama dan kedua Lebaran.
Kemeriahan Lebaran di Cirebon juga ditandai dengan pelaksanaan tradisi Grebeg Syawal, yaitu ziarah kubur yang dilakukan keluarga besar dan kerabat Keraton Kanoman Cirebon di hari kedelapan Idulfitri (8 Syawal). Di daerah lain di Jawa, tradisi grebeg Syawal disebut dengan nama riraya kupatan atau hari raya ketupat alias Lebaran Ketupat. Tradisi Grebeg Syawal dipimpin langsung Patih Keraton Kanoman.
Grebeg Syawal merupakan wujud syukur kepada Allah SWT atas karunianya sehingga dapat menunaikan ibadah puasa Ramadan dan puasa sunah 6 hari (puasa Syawal). Grebeg Syawal pun dijadikan sebagai ajang meneguhkan ukhuwah Islamiyah antara keluarga besar dan kerabat Keraton Kanoman dengan masyarakat yang menziarahi makam Sunan Gunung Jati.