SUNANGUNUNGDJATI.COM — Sunan Gunung Jati, memiliki nama asli Syarif Hidayatullah, termasuk dalam kelompok wali songo yang menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa. Ia aktif menyebarkan agama Islam khususnya di wilayah Jawa Barat menggunakan berbagai metode. Oleh karena itu, mempelajari metode dakwah Sunan Gunung Jati sangatlah penting.
Mengutip dari buku Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (2021), Sunan Gunung Jati memiliki peran ganda sebagai pandita-ratu, yaitu sebagai penyebar dakwah Islam dan juga sebagai raja.
Dilasnir dari Kumparan, Sunan Gunung Jati lahir di Mesir pada tahun 114 Masehi. Ia adalah putra Sultan Mahmud, yakni Syarif Abdullah, yang berasal dari keturunan Bani Ismail, dan Nyai Mas Rara Santang, putri Prabu Siliwangi. Sunan Gunung Jati meninggal pada usia 120 tahun dan dimakamkan di Gunung Sembung, Cirebon.
Metode Dakwah Sunan Gunung Jati
Sejak kecil, Sunan Gunung Jati sudah menunjukkan pengetahuan agama yang mendalam, kecerdasan, dan wawasan yang luas. Ia menimba ilmu agama di berbagai tempat, termasuk Makkah, Baghdad, Gujarat, dan Palestina.
Selain itu, Sunan Gunung Jati belajar di Pesantren Ampel Denta di bawah bimbingan Sunan Ampel, serta belajar di Pesantren Amparanjati kepada Syaikh Datuk Kahdi, yang lebih dikenal sebagai Syaikh Nurjati.
Sebagai salah satu dari wali songo, Sunan Gunung Jati memiliki strategi yang efektif untuk mengubah kebudayaan dan peradaban masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat, menjadi bernuansa Islam.
Sunan Gunung Jati berhasil melaksanakan berbagai metode dakwah yang efektif untuk proses Islamisasi di tanah Jawa. Perannya sebagai Sultan Cirebon juga memungkinkannya untuk berdakwah secara lebih luas kepada masyarakat.
Berikut adalah berbagai metode yang digunakan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran agama Islam:
1. Metode muidlah hasanah atau nasihat-nasihat yang baik
Dasar metode ini merujuk pada Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 yang artinya: “Seluruh manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Banyak nasihat yang sudah diberikan Sunan Gunung Jati kepada muridnya, diantaranya yaitu: – Duweha sifat kang wani, artinya miliki sifat yang berani. – Aja ilok ngamad kang durung yakin, artinya jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. – Den suka wenan lan suka mamberih gelis lipur, artinya jika bersedih jangan diperlihatkan agar cepat hilang. – Aja ilok ngijek rarohi ing uwong, artinya jangan suka menghina orang lain. — – Ake lara ati ing uwong, namung saking duriat, artinya jika disakiti orang hadapilah dengan kecintaan, bukan dengan aniaya.
2. Metode al-hikmah atau menggunakan cara-cara yang bijaksana
Dakwah al-hikmah adalah metode menyampaikan dakwah dengan cara yang bijaksana dan penuh kebijaksanaan. Metode ini dilakukan agar masyarakat dapat menerima dan melaksanakan dakwah atas kemauan mereka sendiri. Sunan Gunung Jati menggunakan metode dakwah al-hikmah untuk menghadapi masyarakat awam. Dengan pendekatan yang bijaksana, ia mendekati masyarakat secara masal, yang sering menimbulkan ketertarikan dari masyarakat umum. Dengan hikmah dan kebijaksanaan, Sunan Gunung Jati mampu berdakwah menggunakan budaya lokal yang telah dimodifikasi sesuai dengan ajaran Islam.
3. Metode tadarruj atau berjenjang, tingkatan belajar murid
Metode tadarruj digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk mengklasifikasikan proses belajar mengajar berdasarkan tingkat pendidikan umat. Tujuannya adalah agar ajaran Islam mudah dipahami dan akhirnya dijalankan oleh masyarakat secara menyeluruh. Metode ini memperhatikan setiap jenjang, tingkat, dan bakat murid. Materi kurikulum disesuaikan dengan tahapan pendidikan, dan tradisi ini masih dipraktikkan di lingkungan pesantren hingga saat ini.
4. Metode ta’awun atau tolong menolong dan berbagi ketugasan.
Metode ta’awun adalah metode kerja sama di mana setiap wali diberikan tugas spesifik dalam proses mengislamkan masyarakat di tanah Jawa. Misalnya, Sunan Gunung Jati bertanggung jawab untuk menciptakan doa dan mantra untuk pengobatan lahir batin, serta mengembangkan kegiatan yang berkaitan dengan pembukaan hutan, transmigrasi, atau pembangunan masyarakat desa.
5. Metode musyawarah
Sunan Gunung Jati sering bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di Masjid Demak, dan disebutkan bahwa beliau juga turut membantu dalam pendirian Masjid Demak. Para wali sering berkumpul untuk bermusyawarah, membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan perjuangan mereka. Selain itu, pemilihan wilayah dakwah mereka dilakukan dengan berbagai pertimbangan, memperhatikan faktor geostrategis yang sesuai dengan kondisi zaman tersebut.