Wahyudin Darmalaksana, Founder Kelas Menulis dan Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
SUNANGUNUNGDJATI.COM — Serba-serbi publikasi ilmiah mahasiswa ini akan menyoroti beberapa faktor yang menjadi kendala mahasiswa jenjang S1. Faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian bersama guna menemukan solusinya secara efektif.
Tulisan ini diawali oleh pertanyaan-pertanyaan yang mendasar di bawah ini:
Mengapa mahasiswa S1 diarahkan menulis artikel ilmiah?
Mahasiswa S1 diarahkan menulis artikel ilmiah sampai berhasil publikasi di jurnal ilmiah. Sebab, publikasi ilmiah mahasiswa menjadi salah satu poin penilaian dalam akreditasi program studi.
Alasan disertakannya publikasi ilmiah dalam unsur penilaian akreditasi program studi karena pendidikan tinggi dituntut untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada masyarakat. Karena itu, program studi berpeluang memperoleh poin tinggi dalam penilaian akreditasi bila memiliki sejumlah pencapaian publikasi artikel ilmiah mahasiswa.
Pencapaian publikasi ilmiah mahasiswa menyumbangkan poin tinggi dalam akreditasi program studi karena publikasi ilmiah mahasiswa belum begitu memasyarakat di pendidikan tinggi.
Selain, kepentingan penilaian akreditasi program studi, penulisan artikel ilmiah dan hingga publikasi artikel tersebut di jurnal ilmiah merupakan sarana penguatan kapasitas keterampilan mahasiswa minimal sebagai pembekalan bagi kelancaran dalam penulisan tugas akhir skripsi. Sebab, struktur penulisan artikel ilmiah tidak berbeda dengan struktur penulisan skripsi.
Jelaslah mengapa penulisan artikel ilmiah dan hingga publikasi artikel tersebut di jurnal ilmiah menjadi penting. Tentu saja masih banyak manfaat yang bisa diperoleh mahasiswa dalam pencapaian publikasi ilmiah.
Apakah mahasiswa S1 mampu menulis artikel ilmiah dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah?
Meskipun belum begitu memasyarakat di pendidikan tinggi, namun terdapat banyak pencapaian publikasi ilmiah mahasiswa. Kenyataan ini membuktikan bahwa sejumlah mahasiswa mampu menulis artikel ilmiah dan berhasil mempublikasikannya di jurnal ilmiah.
Pada umumnya, keberhasilan mahasiswa dalam publikasi ilmiah dilandasi minat, adanya pelatihan, dan agenda pendampingan. Melalui semua ini mahasiswa mengenal penulisan artikel sesuai ketentuan standar, melaksanakan latihan-latihan kepenulisan artikel ilmiah, dan hingga berhasil publikasi artikel di jurnal ilmiah.
Hanya saja jurnal ilmiah mempunyai peringkat di antaranya jurnal ilmiah biasa dan jurnal terakreditasi nasional. Selebihnya, ada pula peringkat jurnal terakreditasi nasional mulai peringkat 1 sampai peringkat 6. Faktanya, tidak semua mahasiswa jenjang S1 mampu menembus jurnal terakreditasi nasional, meskipun dilaksanakan latihan-latihan dan pendampingan sesuai dengan ketentuan standar penulisan artikel jurnal ilmiah
Berdasarkan kenyataan di atas, evaluasi perlu dilakukan terhadap model-model pelatihan dan pendampingan penulisan artikel jurnal ilmiah bagi mahasiswa jenjang S1.
Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala mahasiswa S1 dalam efektivitas publikasi artikel di jurnal ilmiah?
Pengalaman sejauh ini menunjukkan adanya beberapa faktor yang menjadi kendala mahasiswa S1 dalam efektivitas publikasi artikel di jurnal ilmiah. Pertama, belum terbentuknya kemandirian mahasiswa S1 dalam latihan penulisan artikel ilmiah dan publikasi ilmiah. Sehingga dibutuhkan motivasi tinggi hingga mampu mandiri.
Kedua, tidak tuntasnya penulisan artikel ilmiah sampai berhasil publikasi di jurnal ilmiah dalam satu semester. Sehingga dibutuhkan kontinum kegiatan yang melampaui batas semester bagi tindakan-tindakan pendampingan secara efektif hingga berhasil pencapaian publikasi artikel di jurnal ilmiah.
Ketiga, padatnya aktivitas mahasiswa yang mengganggu konsentrasi penulisan artikel ilmiah dan belum terbangunnya budaya kolaborasi yang menjamin keberhasilan publikasi ilmiah mahasiswa. Sehingga pendidikan tinggi perlu memfasilitasi pelatihan penulisan artikel ilmiah di lingkungan mahasiswa dalam kerangka, misalnya, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan hak konversi nilai mata kuliah. Selebihnya, program studi harus mengupayakan terbentuknya budaya kolaborasi, misalnya, kemitraan dosen dan mahasiswa dalam publikasi ilmiah sebagaimana tagihan dalam penilaian akreditasi program studi.
Demikian berbagai kendala publikasi ilmiah mahasiswa S1 beserta solusi-solusinya. Diharapkan tulisan ini menjadi pertimbangan berbagai pihak dalam upaya mengungkit produktifitas publikasi ilmiah mahasiswa jenjang S1.