AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.
SUNANGUNUNGDJATI.COM — Sejarah Banten tidak dapat dilepaskan dari sejarah Cirebon. Hal ini disebabkan karena menurut beberapa sumber bahwa ada hubungan yang erat secara historis antara Banten dan Cirebon. Masalah ini berhubungan dengan peran seorang tokoh penyebar agama Islam, yaitu Sunan Gunung Jati yang telah dianggap sebagai peletak dasar bagi lahirnya dua kesultanan Islam di Jawa Barat sekaligus, yaitu Kesultanan Islam Cirebon dan Banten.
Sejarah Islam di Banten dimulai pada fase akhir dari Kerajaan Hindu Pajajaran yang saat itu sudah mulai menampakan tanda-tanda kemundurannya. Di saat Pajajaran sudah mulai melemah, muncul gerakan dakwah Islam hingga terbentuk kekuasaan Islam di Banten dan Cirebon. Di Banten—sebelum Syarif Hidayatullah berdakwah—telah banyak penduduk yang memeluk agama Islam berkat gerakan dakwah Sunan Ampel. Banten pada saat itu telah menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang, baik lokal maupun internasional, dan menjadi tempat persinggahan para pedagang dari Arab, Cina, India dan Perlak. Halwani Michrob (1990:50) menyebutkan penyebaran Islam di Banten telah dimulai abad ke 7 dan 8 Masehi. Tidak heran jika sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah, di Banten sudah ada komunitas masyarakat Muslim di bawah bimbingan Sunan Ampel. Di daerah Pacinan sendiri, menurut Afif Amrullah (1990:44), sudah ada mesjid jami tempat beribadah orang-orang Islam Banten.
Menurut Carita Purwaka Carauban Nagari, kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten terjadi pada saat dia sedang menuju ke Jawa untuk tujuan menyebarkan agama Islam setelah terlebih dahulu singgah di Pasai. Banten pada saat itu merupakan vassal kerajaan Demak. Kedatangan Sunan Gunung Djati yang pada saat itu masih bernama Syarif Hidayatullah atau Sayid Kamil diiringi oleh Dipati Keling dan para pengawalnya berjumlah sembilan puluh delapan orang. Ketika tiba di Banten, Syarif Hidayatullah bertemu dengan Ali Rakhmatullah atau dikenal dengan Sunan Ampel yang sedang mengajarkan agama Islam pada penduduk Banten. Syarif Hidayatullah kemudian berguru kepada Sunan Ampel.
Setelah cukup lama tinggal di Banten, Syarif Hidayatullah pergi ke Demak bersama dengan Sunan Ampel. Dari Demak dia pergi ke Cirebon setelah mendapat tugas dari para wali untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa bagian Barat. Salah satu keberhasilan dakwah Sunan Gunung Djati di Banten adalah mengislamkan penguasa Banten, yaitu Bupati Kawung Anten. Mereka bersama keluarga dan para pengikutnya memeluk agama Islam dan berguru pada Syarif Hidayatullah. Selain mengislamkan Bupati Kawung Anten, Sunan Gunung Djati atas restu dari Bupati Kawung Anten menikah dengan Nyai Kawung Anten adik bupati tersebut. Dari perkawinannya itu, Sunan Gunung Jati mempunyai dua orang anak yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingkin. Sunan Gunung Jati tinggal di Banten sampai tahun 1552.