AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.
SUNANGUNUNGDJATI.COM
Guru saya, Ustadz Miftah dalam majelis doa senin siang bersama murid-murid. bercerita pengalaman pulang umrah. Ketika pulang, jamaah umrah Rindu Rasul tidak berada dalam satu jajaran kursi pesawat. Terpisah-pisah. Hanya ada dua orang jamaah umrah kakak beradik yang duduk berdekatan dan berada di belakang guru saya.
Dalam perjalanan udara yang memakan waktu sekira sembilan jam, di kawasan udara Bombay, pesawat mendadak bergetar dan bergoncang seakan-akan hendak jatuh. Dalam kondisi yang mengkhawatirkan itu setiap orang di pesawat reaksinya beragam: ada yang takbir, istighfar, dan reaksi ketakutan. Dua orang kakak beradik saling berpelukan dan meminta maaf dengan deraian air mata. Keduanya berpelukan karena ‘mungkin’ takut kalau pesawat jatuh kemudian meninggal dunia. Khawatir terbawa mati dosa, keduanya saling berpelukan dan meminta maaf sampai pesawat dalam kondisi normal.
Setelah tiba di Indonesia (Jakarta), seorang jamaah (yang merupakan adik dari dua orang yang berpelukan itu) menyatakan terima kasih karena dalam umrah kali ini sudah membuatnya bisa saling membebaskan dosa dan memaafkan dengan kakaknya. Jamaah itu bercerita bahwa ia dan kakaknya sudah lama konflik. Meski setiap lebaran datang dan bersalaman, tetapi dalam hatinya belum saling memaafkan. Goncangan pesawat yang dialami dalam pesawat merupakan momentum yang diberikan Allah bagi keduanya untuk saling memaafkan.
Di akhir cerita, guru saya menyimpulkan bahwa setiap manusia pada dasarnya punya rasa cinta. Hanya saja kadang setiap orang butuh ruang untuk mengekspresikannya. ***