SUNANGUNUNGDJATI.COM
Anteran sejumlah orang terlihat menapaki anak tangga menuju sebuah puncak bukit di salah satu titik jalan Alun-Alun Ciledug, Astana, Cirebon , Jawa Barat . Sampai di puncak bukit, orang-orang tadi duduk bersila, khusyuk menghadap tembok tinggi bercat merah bata yang memagari sebuah makam di dalamnya.
Dilansir dari Sindo News, Dipimpin seorang pria paruh baya, rombongan orang-orang tadi lalu melantunkan doa dan tahlil yang ditujukan untuk si ahli kubur. Doa dan tahlil makin terdengar syahdu kala semilir angin membelai pohon-pohon besar di puncak bukit bernama Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati . Meski berupa bukit, tapi masyarakat setempat biasa menyebut kawasan itu Gunung Sembung.
“Selain untuk berdoa dan bersilaturahmi, ziarah kubur penting untuk selalu mengingatkan kita akan kematian. Jadi bukan untuk meminta dengan orang yang sudah meninggal dunia, itu namanya syirik,” kata Ustad Ali Mustofa, pria paruh baya yang memimpin rombongan tadi.
Ali mengaku, sengaja dirinya dan rombongannya yang tergabung dalam majelis Musala Nurul Hikmah, Jelambar, Jakarta Barat, berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, tak lain ingin merasakan langsung karomah dan keberkahan dari salah satu Wali Allah tersebut.
“InsyaAllah ulama atau para wali yang makamnya kita ziarahi dan kita kirimkan doa bisa menyambungkan doa-doa yang kita panjatkan tadi kepada Allah SWT, dan mudah-mudahan doa yang dipanjatkan dikabulkan. Itulah yang namanya karomah dari orang yang sudah meninggal dunia,” sambung Ali Mustofa.
Dalam agama Islam, karomah para wali memang begitu diyakini. Apalagi, bagi hamba Allah yang rajin ibadah dan beramal soleh, ketika sudah meninggal dunia akan mendapat nikmat kubur dan berpotensi memiliki karomah. Bahkan, karomah orang soleh lebih terasa ketika sudah meninggal dunia.
“Karomah Sunan Gunung Jati masih dirasakan walau beliau sudah lama meninggal dunia. Dan berkat ada makam Sunan Gunung Jati di sini, orang-orang dari jauh berdatangan, menziarahi makamnya dan mendoakannya,” ujar Imam, 38, salah seorang petugas makam Sunan Gunung Jati.
Karena ramai orang yang datang, kata Imam, alhasil masyarakat sekitar komplek makam mendapat berkah. Mereka bisa membuka usaha, berjualan souvenir, oleh-oleh, membuka rumah makan, menjadi juru parkir, bahkan ada yang berbisnis penginapan untuk peziarah yang hendak bermalam.
“Orang yang sudah meninggal dunia saja masih bisa memberi ‘makan’ sama orang yang masih hidup. Itulah salah satu karomah dari Sunan Gunung Jati,” celetuk Imam penuh makna, sambil menunjuk deretan kios dan pedagang keliling sekitar komplek makam Sunan Gunung Jati.
Makam Sunan Gunung Jati merupakan satu dari sembilan makam para wali yang ada di Pulau Jawa. Makam para wali atau disebut juga Wali Songo , ini sering dijadikan sebagai tempat untuk wisata religi atau tempat untuk berziarah, sekaligus sebagai jejak sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
Khusus di area komplek makam Sunan Gunung Jati, sebetulnya terdapat dua bukit atau gunung kecil yang dipisah jalan raya. Yang pertama, yakni gunung Sembung yang di atasnya tadi menjadi komplek pemakaman Sunan Gunung Jati. Satunya lagi adalah Gunung Jati, yang di atasnya menjadi komplek pemakaman Syekh Nurjati. Diketahui, Syekh Nurjati adalah pendahulu Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi.
Ia menjadi tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon. Sunan Gunung Jati sendiri adalah sultan sekaligus salah satu dari sembilan wali. Makanya, kedudukan Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai pemimpin agama saja, melainkan juga sebagai pemimpin sebuah wilayah dalam hal ini wilayah Cirebon.
Lokasi makam Sunan Gunung Jati yang mudah dijangkau karena di pinggir jalan, membuat makam Sunan Gunung Jati menjadi salah satu tempat ziarah yang paling sering dikunjungi di Jawa Barat. Peziarah yang datang ke makam Sunan Gunung Jati bukan hanya didominasi oleh warga sekitar Jawa Barat saja, namun dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Selain itu, mereka yang datang bukan hanya dari kalangan umat Islam saja, tidak sedikit dari mereka yang beragama Buddha, dan Konghucu datang berziarah ke makam tersebut. Tentu ada alasan kuat kenapa orang-orang di luar agama Islam berkunjung ke komplek makam Sunan Gunung Jati. Salah satu alasannya karena di kawasan makam terdapat makam istri Sunan Gunung Jati, yang bernama Putri Ong Tien Nio. Sang putri diketahui berasal dari Cina, tepatnya keturunan Dinasti Kaisar Ming.
Peziarah beristiharat di sebuah penginapan usai berziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Saat ini, jalan menuju makam Sunan Gunung Jati sangat mudah diakses dari berbagai kota, sekalipun dari Jakarta bahkan dari luar Jawa Barat. Karena terdapat jalan tol yang bisa memangkas waktu tempuh perjalanan. Secara administratif, lokasi Makam Sunan Gunung Jati masuk ke dalam wilayah Kabupaten Cirebon.
Namun karena jaraknya hanya 3 kilometer dari Kota Cirebon, terkadang orang-orang menganggap sebagai bagian dari Kota Cirebon. Jarak makam Sunan Gunung Jati dari alun-alun Kotamadya Cirebon sekitar 4 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Para pengunjung bisa menggunakan opsi menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum. Bahkan tidak sedikit juga yang datang dengan menggunakan jasa bus travel.
Saat memasuki komplek makam, pengunjung diminta seikhlasnya untuk bersedekah, memberikan uang kepada juru kunci yang ada di kawasan makam tersebut. Selain itu, para pengunjung juga disarankan untuk menyiapkan uang bagi para kaum papa yang banyak meminta-minta sepanjang lokasi sebelum masuk kawasan.